MAKALAH PENDIDIKAN ANAK DALAM
KELUARGA
“POLA PENGASUHAN SOSIAL-EMOSIONAL
PADA AUD”
Dosen Pengampu :
Lita
latiana SH, MH
Disusun oleh :
1. Setiarif Puspita Ningrum (1601409010)
2. Dewi Arifiani Rahmawati (1601409045)
3. Nur Khsanah (1601409055)
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK
USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama
bagi anak. Dalam kehidupan anak tentunya keluarga merupakan tempat yang sangat
vital. Anak-anak memperoleh pengalaman pertamanya dari keluarga. Dalam keluarga
peranan orang tua sangatlah penting. Mereka merupakan model bagi anak. Ketika
orang tua melakukan sesuatu anak-anak akan mengikuti orang tua mereka. Hal ini disebabkan
anak dalam masa meniru. Orang tua yang satu dengan orang tua yang lainnya dalam
mendidik anak-anak tentunya juga berbeda. Mereka mempunyai suatu gaya atau
tipe-tipe tersendiri. Dan tentunya gaya-gaya tersebut akan berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Terutama perkembangan sosio-emosinya
Tahun-tahun
pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis
dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial, yang berjalan
sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian
besar menentukan hari depan anak. Kelainan atau penyimpangan apapun apabila
tidak diintervensi secara dini dengan baik pada saatnya, dan tidak terdeteksi
secara nyata mendapatkan perawatan yang bersifat purna yaitu promotif, preventif,
dan rehabilitatif akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya (Sunarwati, 2007).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kajian
teori
1.
Teori
pengasuhan
Bern (1997) menyatakan bahwa pengasuhan merupakan proses
yang berlangsung terus menerus yang melibatkan interaksi antara orangtua dengan
anak. Sementara jarome kagan (1975) menyatakan pengasuhan sebagai suatu alat
untuk melaksanakan suatu rangkaian pengambilan keputusan untuk
mensosialisasikan nilai kepada anak. Sedangkan teori-teori yang digunakan dalam
pengasuhan pada anak mencakup pada beberapa teori dasar dalam perkembangan
manusia, teori-teori tersebut adalah:
1.
Teori psikoanalisis.
2.
Cognitive developmental theory.
3.
Behaviorism
4.
Social learning theory
5.
Genetic, heredity, personality theory
6.
Humanistic theory
7.
Ethological theory
8.
Theory sistem, etological theory
9.
Theory perkembangan moral
2.
Konsep
pengasuhan
Hoghughi
(2004) menyebutkan bahwa pengasuhan mencakup beragam aktifitas yang bertujuan
agar anak dapat berkembang secara optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik.
Prinsip pengasuhan menurut hoghughi tidak menekankan pada siapa (pelaku) namun
lebih menekankan pada aktifitas dari perkembangan dan pendidikan anak. Oleh
karenanya pengasuhan meliputi pengasuhan fisik, pengasuhan emosi dan pengasuhan
social.
·
Pengasuhan
fisik mencakup semua aktifitas yang bertujuan agar anak dapat bertahan hidup
dengan baik dengan menyediakan kebutuhan dasarnya.
·
Pengasuhan
emosi mencakup pendampingan ketika anak mengalami kejadian-kejadian yang tidak
menyenangkan seperti merasa terasing dari teman-temannya, takut, atau mengalami
trauma.
·
Pengasuhan
emosi ini mencakup pengasuhan agar anak merasa dihargai sebagai seorang
individu, mengetahui rasa dicintai, serta memperoleh kesempatan untuk
menentukan pilihan dan untuk mengetahui resikonya. Pengasuhan emosi ini bertujuan
agar anak mempunyai kemampuan yang stabil dan
konsisten dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
·
Sementara
itu, pengasuhan sosial bertujuan agar anak tidak merasa terasing dari
lingkungan sosialnya yang akan berpengaruh terhadap perkembangan anak pada
masa-masa selanjutnya.
B.
Perkembangan
sosial emosional aud
1.
Perkembangan
emosi
·
Pengertian
Emosi
Emosi
adalah Suatu keadaan yang kompleksi dapat berupa perasaan / pikiranyang di
tandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang.
·
mekanisme
emosi
Proses
terjadinya emosi dalam diri seseorang menurut Lewis and Rose Blumada 5 tahapan
yaitu :
1. Elicitors : adanya dorongan
peristiwa yang terjadi. contoh : Peristiwa banjir, gempa bumi maka timbullah perasaan emosiseseorang.
2. Receptors: kegiatan yang berpusat
pada sistem syaraf.
contoh : akibat peristiwa banjir tsb maka berfungsi sebagai inderapeneri.
3. State : perubahan spesifik
yang terjadi dalam aspek fisiologi. contoh : gerakan reflex atau terkejut
pada sesuatu yang terjadi.
4. Experission : terjadinya
perubahan pada rasiologis. contoh : tubuh tegang pada saat tatap muka.
5. Experience : persepsi
dan inter individu pada kondisi emosionalnya.
Menurut
Syamsuddin
kelima komponen tadi digambarkan dalam 3 variabel yaitu :
1. variabel stimulus à rangsangan yang menimbulkan
emosi
2. variabel organismik à perubahan fisiologis yang
terjadi saat mengalamiemosi
3. variabel respon à pada
sambutan ekspresik atas terjadinya pengalamanemosic.
·
fungsi
emosi
fungsi
dan peranan pada perkembangan anak yang dimaksud adalah:
1. merupakan bentuk komunikasi.
emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan
penyesuaian diri anak
dengan lingkungan sosialnya.
2. emosi dapat mempengaruhi iklim
psikologis lingkungan.
3. tingkah laku yang sama
dan ditampilkan secara berulang dapat menjadisatu kebiasaan.
4. ketegangan emosi yang
di milik anak dapat menghambat aktivitas motorikdan mental anak.
jenis emosi
menurut stewart at all mengutarakan perasaan senang, marah, takut dansedih
sebagai basic emotions.
1. senang (gembira)
Pada umumnya perasaan gembira dan senang di
ekspresikan dengan tersenyum (tertawa) . pada perasaan gembira ini juga ada
dalam aktivitaspada saat menemukan sesuatu, mencapai kemenangan.
2. Marah
emosi marah dapat terjadi pada
saat individu merasa terhambat, frustasikarena apa yang hendak di capai
itu tidak dapat tercapai.
3. takut
perasaan takut merupakan bentuk emosi yang menunjukn adanyabahaya.
4. Sedih
dalam kehidupan sehari – hari nak akan merasa sedih
pada saat ia berpisahdari yang lainnya.
Dari
ke empat emosi dasar tadinya dapat berkembang menjadi berbagai macam emosi yang di klafikasikan
kedalam kelompok emosi positif dan emosi negative.
contoh dari emosi positif dan negatif yang dikemukan oleh reynold tersebutadalah
:emosi positif : humor (lucu) , joy, kesenangan, rasa ingin
tahu, kesukaan. emosi negatif : tidak sabaran, rasa marah, rasa
cemburu, rasa benci, rasa cemas,rasa takut.
2.
Perkembangan sosial
Menurut Hurlock Bahwa perkembangan sosial
merupakan perolehan kemampuan berperilakuyang sesuai dengan tuntutan social.
“Sosialisasi “ adalah Kemampuan bertingkah laku
sesuai dengan norma nilaiatau harapan social
·
Proses
Perkembangan Sosial
Proses
sosialisasi ini terpisah, tetapi saling berhubungan antara yang satu dengan
yang lainnya. Menurut Hurlock antara lain :
1. Belajar untuk bertingkah laku
dengan cara yang tepat diterima dimasyarakat.
2. Belajar memainkan peran sosial yang ada dimasyarakat.
3. Mengembangkan sikap
/ tingkah laku social terhadap individu lain dan aktivitassosial yang ada di
masyarakat.
Berdasarkan
ke-3 tahap proses sosial ini individu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Individu social.
2. Individu non sosial.
Menurut
teori perkembangan psikososial Erikson ada empat tingkat perkembangan anak
yaitu :
1.
Usia anak 0 - 1 tahun yaitu trust versus
mistrust. Pengasuhan dengan kasih sayang yang tulus dalam pemenuhan kebutuhan
dasar bayi menimbulkan "trust" pada bayi terhadap lingkungannya.
Apabila sebaliknya akan menimbulkan "mistrust" yaitu kecemasan dan
kecurigaan terhadap lingkungan.
2.
Usia
2 - 3 tahun, yaitu autonomy versus shame and doubt. Pengasuhan melalui dorongan
untuk melakukan apa yang diinginkan anak, dan sesuai dengan waktu dan caranya
sendiri dengan bimbingan orang tua atau pendidik yang bijaksana, maka anak akan
mengembangkan kesadaran autonomy. Sebaliknya apabila pendidik tidak sabar,
banyak melarang anak, akan menimbulkan sikap ragu-ragu pada anak. Hal ini dapat
membuat anak merasa malu.
3.
Usia
4 - 5 tahun, yaitu inisiative versus guilt, yaitu pengasuhan dengan memberi
dorongan untuk bereksperimen dengan bebas dalam lingkungannya. Pendidik dan
orang tua tidak menjawab langsung pertanyaan anak, maka mendorong anak untuk
berinisiatif sebaliknya, bila anak selalu dihalangi, pertanyaan anak
disepelekan, maka anak akan selalu merasa bersalah.
4.
Usia
6 - 11 tahun, yaitu industry versus inferiority, bila anak dianggap sebagai
"anak kecil" baik oleh orang tua, pendidik maupun lingkungannya, maka
akan berkembang rasa rendah diri, dampaknya anak kurang suka melakukan
tugas-tugas yang bersifat intelektual dan kurang percaya diri.
C.
Pola
asuh sosial emosional
Pola asuh
sosial emosional termasuk didalamnya adalah pemberian cinta dan ksih sayang dan
ketrampilan berhubungan dengan sosial termasuk etika dan nilai.
Beberapa manfaat
pengasuhan sosial emosional antara lain:
·
empati,
·
mengendalikan amarah
·
kemandirian
·
disukai, ketekunan
·
kesetiakawanan
·
keramahan dan sikap hormat
·
kemampuan beradaptasi
·
kemampuan memecahkan masalah
·
kecakapan sosial
·
integritas dan konsisten
·
komitmen jujurberfikir terbuka
·
kreatif, adil, dan bijaksana
·
kemampuan mendengarkan
·
kemampuan berkomuniksi, motivasi
·
kemampuan bekerjasama
·
keinginan untuk berkontribusi dll.
Menurut
Daniel Goleman mengidentifikasi orang tua kedalam 3 tipe, yaitu:
1.
Orang tua yang mengabaikan,yang tidak menhiraukan,
menganggap sepi, atau meremehkan emosi-emosi negatif anak mereka.
2.
Orang tua yang tidak menyetujui, yang bersifat kritis
terhadap ungkapan perasaan-perasaan negatif anak mereka dan barangkali memarahi
atau atau menghukum mereka karena mengungkapkan emosinya.
3.
Orang tua Laisses-Faire, yang menerima emosi anak mereka
dan berempati dengan mereka, tetapi tidak memberikan bimbingan atau menentukan
batas-batas pada tingkahlaku anak mereka.
langkah pelatihan emosional anak:
1.
Menyadari emosi anaknya
2.
Mengakui emosi itu sebagai peluang untuk kedekatan dan
mengajar
3.
Mendengarkan dengan penuh empati dan meneguhkan perasaan
anak tersebut
4.
Menolong anaknya menemukan kata-kata untuk memberi nama
emosi yang sedang dialaminya.
5.
Menentukan batas-batas sambil membantu anak memecahkan
masalah yang dihadapi.
Pengaruh
dari pola asuh dalam mengembangkan
sosial emosional anak, dalam perkembangan sosio-emosional
anak, tentu ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhinya. Ada 4 faktor yang
mempengaruhi perkembangan sosio-emosional anak yaitu:
1.
Perlakuan dan Cara Pengasuhan
Orang Tua
Secara garis besar ada tiga tipe
gaya pengasuhan orang tua yakni otoriter, permisif, dan otoritatif.
Tipe
|
Perilaku Orang Tua
|
Karakteristik Anak
|
Otoriter
|
Kontrol yang ketat dan penilaian yang kritis
terhadap perilaku anak, sedikit dialog (memberi dan menerima) secara verbal, serta
kurang hangat dan kurang terjalin secara emosional
|
Menarik diri dari pergaulan serta tidak puas
dan tidak percaya terhadap orang lain.
|
Permisif
|
Tidak mengontro, tidak menuntut, sedikit
menerapkan hukuman dan kekuasaan, penggunaan nalar, hangat dan menerima
|
Kurang dalam harga diri, kendali diri, dan
kecenderungan untuk bereksplorasi
|
Otoritatif
|
Mengontrol, menuntut, hangat, reseptif,
rasional, berdialog (memberi dan menerima) secara verbal, serta menghargai
disiplin, kepercayaan diri, dan keunikan
|
Mandiri, bertanggung jawab secara sosial,
memiliki kendali diri, bersifat eksplloratif, dan percaya diri
|
2.
Kesesuaian antara anak dan
pengasuh
Dalam proses interaksi antara
pengasuh dan anak, perilaku mereka bisa saling mempengaruhi dan menyesuaikan
diri satu sama lain sehingga ada penyesuain diri antar masing-masing. Jika
terjadi ketidakcocokan antara pengasuh dan anak maka akan berdampak anak
mengalami stres, murung, frustasi, dan bahkan menimbulkan rasa kebencian. Jadi
pengasuh harus benar-benar bisa menangkap respon apa yang sang anak inginkan,
agar terjadi jalinan kasih sayang antara mereka, dan tidak menimbulkan rasa
benci.
3. Temperamen anak
Temperamen bayi merupakan salah
satu hal yang harus dipahami oleh sang pengasuh agar bisa terjalin hubungan
yang akrab antara pengasuh dan anak. Ada tiga gaya perilaku bayi yakni bayi
yang mudah, bayi yang sulit dan bayi yang lamban. Ciri bayi yang mudah adalah
memiliki keteraturan, adaptif, bahagia dan mau mendekati objek atau orang baru.
Bayi yang sulit cenderung tidak teratur, tidak senang terhadap perubahan
situasi, sering menangis, menempakkan perasaan negative. Sedangkan bayi yang
lamban adalah bayi yang cenderung kurang adaptif, menarik diri, kurang aktif
dan intensitas respon kurang.
4.
Perlakuan guru di sekolah
Apa yang guru perbuat di sekolah
akan berpengaruh terhadap anak didiknya. Perlakuan guru terhadap anak memiliki
pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan sosioemosional anak.
Pengaruh guru tidak hanya pada aspek kognitif anak, tetapi juga segenap
perilaku dan pribadi yang ditampilkan guru di depan anak didiknya, karena
secara langsung hal tersebut bisa menjadi pengalaman-pengalaman anak.
Contoh penerapan teknis pengasuhan sosial
emosional dapat dilakukan dengan beberapa pola, yaitu:
1.
Bermain pada anak.
Bermain
merupakan salah satu cara yang tepat untuk melepaskan atau menumpahkan seluruh
energi dan perasaan yang dimiliki anak termasuk didalamnya emosi anak. Selain
itu biasanya dengan bermain anak juga dapat mengembangkan hubungan sosial
mereka.
Permainan
yang dapat melatih kecerdasan sosial emosional antara lain:
·
Bermain peran dengan boneka tangan maupun wayang
·
Film pembelajaran bermuatan nilai sosial emosional.
·
Ajak anak keluar rumah untuk berinteraksi dengan orang
lain
·
Ajak anak bermain kelompok (cooperatif play), seperti:
sepak bola.
2.
Sentuhan,
belaian dan pelukan kepada anak.
Interaksi
antara orang tua dengan anak sangat berpengaruh terhadap kecerdasan sosial
emosional anak. Sentuhan, belaian dan pelukan yang diberikan kepada anak
merupakan beberapa cara yang tepat untuk membangun hubungan baik atau kelekatan
anara orang tua dengan anak
3.
Pemberian
kata positif dan empati orang tua terhadap anak.
Kata positif
yang diberikan kepada anak membuat anak termotifasi untuk melakukan dan
mengulangi perilaku yang positif dan membuat anak percaya diri. Sedangkan empati
dari orang tua membuat anak merasa orang tua berada dipihaknya, terutama saat
anak memiliki masalah, empati dari orang tua sangatlah penting agar anak dapat
lebih tenang dan merasa orang tua merasakan apa yang anak rasakan.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Untuk
meningkatkan kecerdasan emosional pada anak maka perlu adanya peningkatan
pengasuhan sosial emosional yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan
anak. Kecerdasan emosional yang dikembangkan dan diintegrasikan diantaranya;
empati, mengendalikan amarah, kemandirian, disukai, ketekunan, kesetiakawanan,
keramahan, sikap hormat, kemampuan beradaptasi, kemampuan memecahkan masalah,
kcakapan sosial, integritas, konsisten, komitmen jujur, berfikir terbuka,
kreatif, adil, bijaksana, kemampuan mendengarkan, kemampuan berkomuniksi,
motivasi, kemampuan bekerjasama, keinginan untuk berkontribusi dll.
DAFTAR PUSTAKA
1 komentar:
thanks
Posting Komentar