Kamis, 17 November 2011

latar belakang (MODIFIAKASI PERILAKU GAGAP)



 Bahasa merupakan suatu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa adalah milik mutlak manusia dan telah menyatu dengan pemiliknya. Bahasa selalu muncul dalam setiap aspek kehidupan manusia. Tidak ada satu kegiatan manusia yang tidak disertai penggunaan bahasa. Oleh karena itu, defenisi bahasa menjadi beragam sejalan dengan bidang kegiatan tempat di mana bahasa itu digunakan. Bahasa dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang. Namun, secara sederhana bahasa merupakan sarana komunikasi yang berupa ungkapan dari pikiran manusia. Bahasa juga merupakan suatu sistem simbol lisan yang bersifat mana suka yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antarsesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama.
Jadi, dapatlah diartikan bahwa bahasa merupakan suatu sistem, sama dengan sistem-sistem yang lain, yang sekaligus bersifat sistematis. Bahasa bukanlah suatu sistem tunggal melainkan juga dibangun oleh sejumlah subsistem yang terdiri atas fonologi, sintaksis dan leksikon. Selain itu, bahasa juga bukan sekedar alat interaksi sosial, melainkan juga memiliki fungsi dalam berbagai bidang, salah satunya adalah neurologi (otak).
Secara fonologi, penguasaan suatu bahasa dimulai dari otak lalu dilanjutkan pelaksanaannya oleh alat-alat bicara yang melibatkan sistem saraf otak. Oleh Karena itu, dapat dikatakan bahwa berbahasa adalah proses mengeluarkan pikiran dan perasaan dari otak secara lisan, dalam bentuk kata-kata maupun kalimat.
Seorang manusia yang normal fungsi otak dan alat bicara, tentu dapat berbahasa dengan baik. Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi otak dan alat bicaranya, tentu mempunyai kesulitan dalam berbahasa, dengan kata lain kemampuan berbahasanya terganggu.
Penyebab yang menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi yang disebut dengan gangguan berbahasa sangat banyak. Gangguan berbahasa dapat disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada alat artikulasi, bisa juga karena terjadinya kerusakan pada otak. Secara medis menurut Sidharta (1984) gangguan berbahasa itu dapat dibedakan atas tiga golongan yaitu (1)gangguan berbicara (2)gangguan berbahasa (3)gangguan berpikir. Gangguan berbicara dapat dikelompokkan atas dua kategori. Pertama, gangguan mekanisme berbicara yang berimplikasi pada gangguan organik dan kedua, gangguan berbicara psikogenik.
Gagap merupakan salah satu gangguan berbahasa yang masuk dalam gangguan berbicara. Gagap pada anak usia dini bukan hal yang  harus dikhawatirkan, tetapi gangguan gagap perlu mendapat perhatian khusus agar gangguan tersebut tidak menetap pada anak hinggai ia dewasa.

Selasa, 15 November 2011

NOTULEN SEMINAR NASIONAL “KELAS BERKUALITAS UNTUK SEMUA: PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK USIA DINI”


NOTULEN SEMINAR NASIONAL
“KELAS BERKUALITAS UNTUK SEMUA:
PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK USIA DINI”

I.                   Judul : Notulen Seminar Nasional “Kelas Berkualitas Unutu Semua:Pembelajaran Inklusi Untuk Anak Usia Dini
II.                Pelaksanaan : Sabtu, 12 Novermber 2011
III.             Hasil Dan Uraiaan Pelaksanaan :
a.       Pembukaan
Acara dibuka oleh MC.
b.      Menyanyikan lagu Indonesia raya
Dinyanyikan oleh semua peserta
Menyanyikan mars  paud
            Dinyanyikan oleh tim paduan suara
Menyanyikan lagu gambang semarang
Dinyanyikan oleh tim paduan suara
c.       Loporan ketua panita
Laporan panitia disampaikan oleh Diana S.pd M.pd. laporan yang disamapaikan :
·         Semua anak berhak mendapat pendidikan yang sama maka diadakanya pendidikan inklusi
·         Alas an pemilihan tema Seminar Nasional “Kelas Berkualitas Unutu Semua:Pembelajaran Inklusi Untuk Anak Usia Dini
·         Jumlah peserta 285 dari berbagai kalangan baik mahasiswa dan praktisi
·         Pembicara 1(Dr Asep Supena M,psi) praktisi inklusi dan dosen UNJ
·         Pembicara 2 (Drs. Ciptono) praktisi inklusi

d.      Sambutan dekan sekaligus membuka seminar
Pendidikan untuk semua harus diwujudkan dengan tanpa membedakan asal usul, kondisi, dan keadaan social. Walaupun anak memiliki kebutuhan terbatas tetap meliki hak unutk mendapat pendidikan melalui pendidikan inklusi. Diharapkan guru juga memahami kebutuhan anak sesuai dengan kadaaan anak yang beragam dan kadang juga dalam keadaaan khusus.
Semoga acar kolegial berjalan lancer dan bermanfat bagi semua.
Dekan diwakili oleh Prof Dokor Haryono M.si Membuka aca seminar dan kolegial mahasiswa PG PAUD se-Indonesia.
e.       Penampilan tari
Tk  siwi peni 23 (tari kreasi tradisional,lagu jamuran)
Selingan games oleh Rina
Tk al ikhlas (tari kreasi tradisional,lagu jamuran)
f.       Acar seminar
Moderator : semoga semua anak menjadi lebih baik masa depanya terutama melalui pendidikan inkulsi
a. Pembicara 1(Dr Asep Supena M,psi):
·         Sekilas profil pembicara
o   Praktisi Inklusi dan Dosen UNJ
o   Ketua asosiasi inklusi di tingkat Jakarta dan pusat
·         Materi :  
o    Profil anak berkebutuhan khusus dan sekolah inkusi (video player)
o   Model inklusi (sekolah umum, seklah khusus)
o   PK menurut Sisdiknas Pasal 32 ayat 1
(Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik  yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses  pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.)

o   Pendidikan layanan khusus Sisdiknas Pasal 32 ayat 2
(Pendidikan layanan khusus  merupakan pendidikan bagi peserta didik  di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.)
o  Pendidikan Inklusi =  pendidikan terbuka bagi semua anak. Pendidikan inklusi mau meneriam semua anak dengan semau keadaan (umum). Ketika melakukan pendidikan inklusi berartri kita harus siap dengan konsekuensi dari keberagaman tersebut agar anak tetap dapat menerima pendidikan dengan baik walaupun anak beragam. Pendidikan inklusi secara khusus diartikan sebagai pendidikan yang menerima anak berkebutuhan khusus di sekolah yang umum tanpa membedakan kebutuhan masing-masing siswanya.
o  Di sekolah inklusi hendaknya sisitem pendidikan dimodifikasi agar ABK dapat menerima pelajaran dan sesuai dengan keadaan anak.
o  Kebutuhan khusus pada anak kebutuhan khusu merupakan kebutuhan khusus pada proses pembelajaran
o  Media harus disesuaikan dengan kebutuhan anak.
o  Ketika anak mengalami kesulitan belajar biasanya problemnya berasal dari lingkungan.
o  Pada anak usia dini yang mengalami kebutuhan khusus perlu dilatih secara khusus (spesifik dan intensif) kemamapuan dasarnya agar menjadi bekal selanjutnya.
o  4 desain kurikulum dalam pendidikan inklusi.
b.Pembicara 2 (Drs. Ciptono):
·         Presentasi slide show
·         Perfom dari Kharisma (anak autis), mas Bahul (tuna grahita), dan Pak Teguh (tuna daksa, guru musik)
c. Tanya Jawab :
·         Pembicara 1 :
a.       Penanya 1: Endah Tri k (unnes)
Peranan shadow dalam mendampingi ABK?
b.      Desi sintia wati (UMP)
Apakah mungkin sekolah inklusi bisa berkembang?
c.       Gia (unnes)
Knpa anak hiperaktif berkebutuhn khusus?
d.      Naili (unnes)
Apakah ABK memiliki kecenderungan di bidang usik
Guru harus mamapu bahasa isyarat saat memiliki siswa BK
e.       Palu
Penerapan pendidikan inklusi apakah hanya untuk orang yang berung?
·         Pembicara 2:
a.       Penanganan diselexya dan pengoptimalan kecerdasan ganda?
b.      Mulawarman kaltim
Kiat-kiat agar menjadi pendidik yang bisa membentuk ABK agar menjadi hebat? Mengstabilkan emosi ABK (autis) saat belajar?
g.      Penyerahan plakat dan kenang2an kepada pembicara oleh ketua jurusan
h.      penutupan

Kamis, 10 November 2011

contoh kuantitatif





Variable dukungan orang tua menghadapi sekolah (fisik, psikis, penilaian positif)
variabel
Favoriabel
unfavoriabel
A.      Fisik
1.       Orang tua menyiapkan perlengkapan sekolah
2.       Orang tua selalu menyiapkan sarapan pagi
3.       Orang tua memandikan anak  setiap pagi
4.       Orang tua mengantarkan anak kesekolah
5.       Orang tua rutin memberikan vitamin pada anak
6.       Anak dibangunkan dengan paksaan
7.       Anak masih sering mengompol
8.       Orang tua tidak perduli dengan  tugas sekolah anak
9.       Orang tua tidak mmeriksakan gigi anak setiap 6 bulan sekali
10.   Orang tua membiarkan anak tidur larut malam
B.      psikis
11.   orang tua selalu memberi semangat  pada anak untuk  berangkat sekolah  setiap pagi
12.   orang tua selalu memberikan selalu nasihat positif tentang pentingnya belajar
13.   orang tua berempati dengan masalah anak di sekolah
14.   orang tua memberi motivasi ketika anak melakukan suatu hal yang baru
15.   orang tua menemani anak belajar
16.   orang tua mengabaikan pertangayan-pertanyaan  anak
17.   orang tua tidak amau mendegarakan cerita anak sepulang sekolah
18.   orang tua terlalu sibuk dengan perkerjaan
19.   orang tua membentak anak saat melakukan kesalahan
20.   orang tua selalu bertengkar di depan anak
C.      penilaian positif
21.   orang tua memberikan pelukan sayang saat anak akan berangkat ke sekolah
22.   orang tua memberikan hadiah ketika anak melakukan sesuatu kegiatan yang diinginkan orang tua
23.   orang tua memberikan pujian saat anak mampu memberi/ berbagi makanan dengan orang lain
24.   orang tua memberikan ciuman setiapan anak akan berangkat sekolah
25.   orang tua memberikan senyuman saat anak  pulang sekolah
26.   orang tua tidak perduli dengan prestasi anak
27.   orang tua jarang  menghadiri acara anak di sekolah
28.   orang tua tidak memberikan pujian atas hasil karya anak
29.   orang tua mencemooh anak di depan umum
30.   orang tua membandingkan anak-anaknya












Pertanyaan
SS
S
TS
STS
1.       orang tua tidak memberikan pujian atas hasil karya anak
2.       orang tua menemani anak belajar
3.       orang tua memberikan pujian saat anak mampu memberi/ berbagi makanan dengan orang lain
4.       Orang tua mengantarkan anak kesekolah
5.       orang tua membentak anak saat melakukan kesalahan
6.       Orang tua tidak mmeriksakan gigi anak setiap 6 bulan sekali
7.       orang tua memberikan hadiah ketika anak melakukan sesuatu kegiatan yang diinginkan orang tua
8.       Orang tua rutin memberikan vitamin pada anak
9.       Anak dibangunkan dengan paksaan
10.   orang tua memberikan senyuman saat anak  pulang sekolah
11.   Orang tua selalu menyiapkan sarapan pagi
12.   orang tua terlalu sibuk dengan perkerjaan
13.   Anak masih sering mengompol
14.   orang tua memberikan ciuman setiapan anak akan berangkat sekolah
15.   orang tua jarang  menghadiri acara anak di sekolah
16.   orang tua mencemooh anak di depan umum
17.   orang tua selalu bertengkar di depan anak
18.   orang tua selalu memberikan selalu nasihat positif tentang pentingnya belajar
19.   Orang tua tidak perduli dengan  tugas sekolah anak
20.   orang tua selalu memberi semangat  pada anak untuk  berangkat sekolah  setiap pagi
21.   orang tua tidak perduli dengan prestasi anak
22.   orang tua berempati dengan masalah anak di sekolah
23.   orang tua membandingkan anak-anaknya
24.   Orang tua membiarkan anak tidur larut malam
25.   orang tua mengabaikan pertangayan-pertanyaan  anak
26.   Orang tua menyiapkan perlengkapan sekolah
27.   orang tua tidak amau mendegarakan cerita anak sepulang sekolah
28.   orang tua memberi motivasi ketika anak melakukan suatu hal yang baru
29.   Orang tua memandikan anak  setiap pagi
30.   orang tua memberikan pelukan sayang saat anak akan berangkat ke sekolah








Selasa, 08 November 2011

MAKALAH PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA “POLA PENGASUHAN SOSIAL-EMOSIONAL PADA AUD”





MAKALAH PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA
“POLA PENGASUHAN SOSIAL-EMOSIONAL PADA AUD”

Dosen Pengampu :
Lita latiana SH, MH

Disusun oleh :
1.      Setiarif Puspita Ningrum       (1601409010)
2.      Dewi Arifiani Rahmawati     (1601409045)
3.      Nur Khsanah                                     (1601409055)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011




BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak. Dalam kehidupan anak tentunya keluarga merupakan tempat yang sangat vital. Anak-anak memperoleh pengalaman pertamanya dari keluarga. Dalam keluarga peranan orang tua sangatlah penting. Mereka merupakan model bagi anak. Ketika orang tua melakukan sesuatu anak-anak akan mengikuti orang tua mereka. Hal ini disebabkan anak dalam masa meniru. Orang tua yang satu dengan orang tua yang lainnya dalam mendidik anak-anak tentunya juga berbeda. Mereka mempunyai suatu gaya atau tipe-tipe tersendiri. Dan tentunya gaya-gaya tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Terutama perkembangan sosio-emosinya
Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial, yang berjalan sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan hari depan anak. Kelainan atau penyimpangan apapun apabila tidak diintervensi secara dini dengan baik pada saatnya, dan tidak terdeteksi secara nyata mendapatkan perawatan yang bersifat purna yaitu promotif, preventif, dan rehabilitatif akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Sunarwati, 2007).




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kajian teori
1.      Teori pengasuhan
Bern (1997) menyatakan bahwa pengasuhan merupakan proses yang berlangsung terus menerus yang melibatkan interaksi antara orangtua dengan anak. Sementara jarome kagan (1975) menyatakan pengasuhan sebagai suatu alat untuk melaksanakan suatu rangkaian pengambilan keputusan untuk mensosialisasikan nilai kepada anak. Sedangkan teori-teori yang digunakan dalam pengasuhan pada anak mencakup pada beberapa teori dasar dalam perkembangan manusia, teori-teori tersebut adalah:
1.      Teori psikoanalisis.
2.      Cognitive developmental theory.
3.      Behaviorism
4.      Social learning theory
5.      Genetic, heredity, personality theory
6.      Humanistic theory
7.      Ethological theory
8.      Theory sistem, etological theory
9.      Theory perkembangan moral

2.      Konsep pengasuhan
Hoghughi (2004) menyebutkan bahwa pengasuhan mencakup beragam aktifitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik. Prinsip pengasuhan menurut hoghughi tidak menekankan pada siapa (pelaku) namun lebih menekankan pada aktifitas dari perkembangan dan pendidikan anak. Oleh karenanya pengasuhan meliputi pengasuhan fisik, pengasuhan emosi dan pengasuhan social.
·         Pengasuhan fisik mencakup semua aktifitas yang bertujuan agar anak dapat bertahan hidup dengan baik dengan menyediakan kebutuhan dasarnya.
·         Pengasuhan emosi mencakup pendampingan ketika anak mengalami kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan seperti merasa terasing dari teman-temannya, takut, atau mengalami trauma.
·         Pengasuhan emosi ini mencakup pengasuhan agar anak merasa dihargai sebagai seorang individu, mengetahui rasa dicintai, serta memperoleh kesempatan untuk menentukan pilihan dan untuk mengetahui resikonya. Pengasuhan emosi ini bertujuan agar anak mempunyai kemampuan yang stabil dan konsisten dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
·         Sementara itu, pengasuhan sosial bertujuan agar anak tidak merasa terasing dari lingkungan sosialnya yang akan berpengaruh terhadap perkembangan anak pada masa-masa selanjutnya.

B.     Perkembangan sosial emosional aud
1.      Perkembangan emosi
·         Pengertian Emosi
Emosi adalah Suatu keadaan yang kompleksi dapat berupa perasaan / pikiranyang di tandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang.
·         mekanisme emosi
Proses terjadinya emosi dalam diri seseorang menurut Lewis and Rose Blumada 5 tahapan yaitu :
1.      Elicitors : adanya dorongan peristiwa yang terjadi. contoh : Peristiwa banjir, gempa bumi maka timbullah perasaan emosiseseorang.
2.      Receptors: kegiatan yang berpusat pada sistem syaraf. contoh : akibat peristiwa banjir tsb maka berfungsi sebagai inderapeneri.
3.      State  : perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi. contoh : gerakan reflex atau terkejut pada sesuatu yang terjadi.
4.      Experission : terjadinya perubahan pada rasiologis. contoh : tubuh tegang pada saat tatap muka.
5.      Experience : persepsi dan inter individu pada kondisi emosionalnya.
Menurut Syamsuddin kelima komponen tadi digambarkan dalam 3 variabel yaitu :
1.      variabel stimulus à rangsangan yang menimbulkan emosi
2.      variabel organismik à perubahan fisiologis yang terjadi saat mengalamiemosi
3.      variabel respon à pada sambutan ekspresik atas terjadinya pengalamanemosic.
·         fungsi emosi
fungsi dan peranan pada perkembangan anak yang dimaksud adalah:
1.      merupakan bentuk komunikasi.
emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan  penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya.
2.      emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan.
3.      tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadisatu kebiasaan.
4.      ketegangan emosi yang di milik anak dapat menghambat aktivitas motorikdan mental anak.
jenis emosi menurut stewart at all mengutarakan perasaan senang, marah, takut dansedih sebagai basic emotions.
1.      senang (gembira)
Pada umumnya perasaan gembira dan senang di ekspresikan dengan tersenyum (tertawa) . pada perasaan gembira ini juga ada dalam aktivitaspada saat menemukan sesuatu, mencapai kemenangan.
2.      Marah
emosi marah dapat terjadi pada saat individu merasa terhambat, frustasikarena apa yang hendak di capai itu tidak dapat tercapai.
3.      takut
perasaan takut merupakan bentuk emosi yang menunjukn adanyabahaya.
4.      Sedih
dalam kehidupan sehari – hari nak akan merasa sedih pada saat ia berpisahdari yang lainnya.
Dari ke empat emosi dasar tadinya dapat berkembang menjadi berbagai macam emosi yang di klafikasikan kedalam kelompok emosi positif dan emosi negative.
contoh dari emosi positif dan negatif yang dikemukan oleh reynold tersebutadalah :emosi positif : humor (lucu) , joy, kesenangan, rasa ingin tahu, kesukaan. emosi negatif : tidak sabaran, rasa marah, rasa cemburu, rasa benci, rasa cemas,rasa takut.

2.      Perkembangan sosial
Menurut Hurlock Bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilakuyang sesuai dengan tuntutan social. “Sosialisasi “ adalah Kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma nilaiatau harapan social
·         Proses Perkembangan Sosial
Proses sosialisasi ini terpisah, tetapi saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut Hurlock antara lain :
1.      Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang tepat diterima dimasyarakat.
2.       Belajar memainkan peran sosial yang ada dimasyarakat.
3.      Mengembangkan sikap / tingkah laku social terhadap individu lain dan aktivitassosial yang ada di masyarakat.
Berdasarkan ke-3 tahap proses sosial ini individu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1.      Individu social.
2.      Individu non sosial.
Menurut teori perkembangan psikososial Erikson ada empat tingkat perkembangan anak yaitu :
1.     Usia anak 0 - 1 tahun yaitu trust versus mistrust. Pengasuhan dengan kasih sayang yang tulus dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi menimbulkan "trust" pada bayi terhadap lingkungannya. Apabila sebaliknya akan menimbulkan "mistrust" yaitu kecemasan dan kecurigaan terhadap lingkungan.
2.    Usia 2 - 3 tahun, yaitu autonomy versus shame and doubt. Pengasuhan melalui dorongan untuk melakukan apa yang diinginkan anak, dan sesuai dengan waktu dan caranya sendiri dengan bimbingan orang tua atau pendidik yang bijaksana, maka anak akan mengembangkan kesadaran autonomy. Sebaliknya apabila pendidik tidak sabar, banyak melarang anak, akan menimbulkan sikap ragu-ragu pada anak. Hal ini dapat membuat anak merasa malu.
3.    Usia 4 - 5 tahun, yaitu inisiative versus guilt, yaitu pengasuhan dengan memberi dorongan untuk bereksperimen dengan bebas dalam lingkungannya. Pendidik dan orang tua tidak menjawab langsung pertanyaan anak, maka mendorong anak untuk berinisiatif sebaliknya, bila anak selalu dihalangi, pertanyaan anak disepelekan, maka anak akan selalu merasa bersalah.
4.    Usia 6 - 11 tahun, yaitu industry versus inferiority, bila anak dianggap sebagai "anak kecil" baik oleh orang tua, pendidik maupun lingkungannya, maka akan berkembang rasa rendah diri, dampaknya anak kurang suka melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual dan kurang percaya diri.

C.    Pola asuh sosial emosional
Pola asuh sosial emosional termasuk didalamnya adalah pemberian cinta dan ksih sayang dan ketrampilan berhubungan dengan sosial termasuk etika dan nilai.
Beberapa manfaat pengasuhan sosial emosional antara lain:
·         empati,
·         mengendalikan amarah
·         kemandirian
·         disukai, ketekunan
·         kesetiakawanan
·         keramahan dan sikap hormat
·         kemampuan beradaptasi
·         kemampuan memecahkan masalah
·         kecakapan sosial
·         integritas dan konsisten
·         komitmen jujurberfikir terbuka
·         kreatif, adil, dan bijaksana
·         kemampuan mendengarkan
·         kemampuan berkomuniksi, motivasi
·         kemampuan bekerjasama
·         keinginan untuk berkontribusi dll.

Menurut Daniel Goleman mengidentifikasi orang tua kedalam 3 tipe, yaitu:
1.      Orang tua yang mengabaikan,yang tidak menhiraukan, menganggap sepi, atau meremehkan emosi-emosi negatif anak mereka.
2.      Orang tua yang tidak menyetujui, yang bersifat kritis terhadap ungkapan perasaan-perasaan negatif anak mereka dan barangkali memarahi atau atau menghukum mereka karena mengungkapkan emosinya.
3.      Orang tua Laisses-Faire, yang menerima emosi anak mereka dan berempati dengan mereka, tetapi tidak memberikan bimbingan atau menentukan batas-batas pada tingkahlaku anak mereka.
langkah pelatihan emosional anak:
1.      Menyadari emosi anaknya
2.      Mengakui emosi itu sebagai peluang untuk kedekatan dan mengajar
3.      Mendengarkan dengan penuh empati dan meneguhkan perasaan anak tersebut
4.      Menolong anaknya menemukan kata-kata untuk memberi nama emosi yang sedang dialaminya.
5.      Menentukan batas-batas sambil membantu anak memecahkan masalah yang dihadapi.
Pengaruh dari pola asuh dalam mengembangkan sosial emosional anak, dalam perkembangan sosio-emosional anak, tentu ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhinya. Ada 4 faktor yang mempengaruhi perkembangan sosio-emosional anak yaitu:
1.      Perlakuan dan Cara Pengasuhan Orang Tua
Secara garis besar ada tiga tipe gaya pengasuhan orang tua yakni otoriter, permisif, dan otoritatif.
Tipe
Perilaku Orang Tua
Karakteristik Anak
Otoriter
Kontrol yang ketat dan penilaian yang kritis terhadap perilaku anak, sedikit dialog (memberi dan menerima) secara verbal, serta kurang hangat dan kurang terjalin secara emosional
Menarik diri dari pergaulan serta tidak puas dan tidak percaya terhadap orang lain.
Permisif
Tidak mengontro, tidak menuntut, sedikit menerapkan hukuman dan kekuasaan, penggunaan nalar, hangat dan menerima
Kurang dalam harga diri, kendali diri, dan kecenderungan untuk bereksplorasi
Otoritatif
Mengontrol, menuntut, hangat, reseptif, rasional, berdialog (memberi dan menerima) secara verbal, serta menghargai disiplin, kepercayaan diri, dan keunikan
Mandiri, bertanggung jawab secara sosial, memiliki kendali diri, bersifat eksplloratif, dan percaya diri
2.      Kesesuaian antara anak dan pengasuh
Dalam proses interaksi antara pengasuh dan anak, perilaku mereka bisa saling mempengaruhi dan menyesuaikan diri satu sama lain sehingga ada penyesuain diri antar masing-masing. Jika terjadi ketidakcocokan antara pengasuh dan anak maka akan berdampak anak mengalami stres, murung, frustasi, dan bahkan menimbulkan rasa kebencian. Jadi pengasuh harus benar-benar bisa menangkap respon apa yang sang anak inginkan, agar terjadi jalinan kasih sayang antara mereka, dan tidak menimbulkan rasa benci.
3.       Temperamen anak
Temperamen bayi merupakan salah satu hal yang harus dipahami oleh sang pengasuh agar bisa terjalin hubungan yang akrab antara pengasuh dan anak. Ada tiga gaya perilaku bayi yakni bayi yang mudah, bayi yang sulit dan bayi yang lamban. Ciri bayi yang mudah adalah memiliki keteraturan, adaptif, bahagia dan mau mendekati objek atau orang baru. Bayi yang sulit cenderung tidak teratur, tidak senang terhadap perubahan situasi, sering menangis, menempakkan perasaan negative. Sedangkan bayi yang lamban adalah bayi yang cenderung kurang adaptif, menarik diri, kurang aktif dan intensitas respon kurang.
4.      Perlakuan guru di sekolah
Apa yang guru perbuat di sekolah akan berpengaruh terhadap anak didiknya. Perlakuan guru terhadap anak memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan sosioemosional anak. Pengaruh guru tidak hanya pada aspek kognitif anak, tetapi juga segenap perilaku dan pribadi yang ditampilkan guru di depan anak didiknya, karena secara langsung hal tersebut bisa menjadi pengalaman-pengalaman anak.
Contoh penerapan teknis pengasuhan sosial emosional dapat dilakukan dengan beberapa pola, yaitu:
1.       Bermain pada anak.
Bermain merupakan salah satu cara yang tepat untuk melepaskan atau menumpahkan seluruh energi dan perasaan yang dimiliki anak termasuk didalamnya emosi anak. Selain itu biasanya dengan bermain anak juga dapat mengembangkan hubungan sosial mereka.
Permainan yang dapat melatih kecerdasan sosial emosional antara lain:
·         Bermain peran dengan boneka tangan maupun wayang
·         Film pembelajaran bermuatan nilai sosial emosional.
·         Ajak anak keluar rumah untuk berinteraksi dengan orang lain
·         Ajak anak bermain kelompok (cooperatif play), seperti: sepak bola.
2.      Sentuhan, belaian dan pelukan kepada anak.
Interaksi antara orang tua dengan anak sangat berpengaruh terhadap kecerdasan sosial emosional anak. Sentuhan, belaian dan pelukan yang diberikan kepada anak merupakan beberapa cara yang tepat untuk membangun hubungan baik atau kelekatan anara orang tua dengan anak
3.       Pemberian kata positif dan empati orang tua terhadap anak.
Kata positif yang diberikan kepada anak membuat anak termotifasi untuk melakukan dan mengulangi perilaku yang positif dan membuat anak percaya diri. Sedangkan empati dari orang tua membuat anak merasa orang tua berada dipihaknya, terutama saat anak memiliki masalah, empati dari orang tua sangatlah penting agar anak dapat lebih tenang dan merasa orang tua merasakan apa yang anak rasakan.
    




BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Untuk meningkatkan kecerdasan emosional pada anak maka perlu adanya peningkatan pengasuhan sosial emosional yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Kecerdasan emosional yang dikembangkan dan diintegrasikan diantaranya; empati, mengendalikan amarah, kemandirian, disukai, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, sikap hormat, kemampuan beradaptasi, kemampuan memecahkan masalah, kcakapan sosial, integritas, konsisten, komitmen jujur, berfikir terbuka, kreatif, adil, bijaksana, kemampuan mendengarkan, kemampuan berkomuniksi, motivasi, kemampuan bekerjasama, keinginan untuk berkontribusi dll.



DAFTAR PUSTAKA

 

Gottman John. 2008. Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak. Jakarta: Gramedia.

Hurlock, Elizabeth B, 1980. Psikologi Perkembangan (Edisi 5). Jakarta: Erlangga.

Utami, Anggun Mei,  2011. Pemahaman tentang Perkembangan Sosio-emosional Anak. Dalam www.kompas.com/pemahaman/perkembangan/sosial-emosional-anak